Selasa, 27 November 2012

Menjaga Asa Militer Indonesia Untuk Menjadi ' Macan Asia "

Serangan Fajar Latgab TNI 2012

Jakarta - Lembaga globalfirepower pada 2012 menyatakan Indonesia sebagai negara ke- 18 dalam hal kekuatan militer. Namun,itu lebih karena kekuatan manusianya.

Adapun untuk kondisi alat utama sistem senjata (alutsista), Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga berperingkat Globalfirepower di bawah Indonesia. Dalam sejumlah kesempatan, seperti pada awal Agustus 2012 di Mabes TNI dan diulangi pada saat HUT Ke-67 TNI pada 5 Oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan betapa pentingnya penguatan pertahanan.

“Cita-cita dan semangat untuk tampil sebagai ‘macan asia’, itu masih. Lima tahun mendatang kita akan berubah, memiliki persenjataan, kita punya postur, punya alutsista. Saya minta dukungan rakyat, tidak boleh negara itu lemah dalam pertahanan. Nanti kalau lemah, mohon maaf, juga disepelekan negara-negara lain,” kata Presiden. Karena itu, pemerintah berkomitmen membangun pertahanan.

Alutsista TNI diperkuat melalui program percepatan pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF). Pembangunan itu semata-mata untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara serta integritas wilayah. Komitmen pemerintah tersebut ditandai dengan terus ditingkatkannya anggaran untuk sektor pertahanan. Pada 2004, anggaran pertahanan hanya Rp 21,7 triliun.

Kemudian meningkat pada 2006 menjadi Rp 28 triliun. Selanjutnya Rp 32,6 triliun pada 2007, Rp 32,8 triliun pada 2008, dan meningkat lagi menjadi Rp 33,67 triliun pada 2009. Sejak itu, anggaran terus bertambah hingga menjadi Rp 42,8 triliun pada 2010, lalu naik menjadi Rp 47,5 triliun pada 2011, dan Rp 64,4 triliun pada tahun ini. Tahun depan, direncanakan naik lagi menjadi Rp 77,7 triliun. Di luar anggaran APBN itu, ada dana khusus untuk percepatan pengadaan alutsista sesuai MEF senilai Rp 156 triliun untuk kurun 2010-2014.


Target 40% MEF 
Rencana strategis pengadaan alutsista sudah disusun dan mulai dijalankan. Selama 2010-2012 pengadaan berbagai jenis alutsista dilakukan. Butuh proses panjang sebelum pengadaan alutsista benar-benar terealisasi. Pro dan kontra selalu terjadi. Peristiwa yang masih hangat adalah saat pengadaan Leopard, hibah F-16 dari AS, maupun pembelian Sukhoi dari Rusia. Pada 2011 lalu tercatat sejumlah alutsista diterima TNI.

Di antaranya helikopter M1-17 asal Rusia untuk TNI AD dan kapal angkut landing platform dock(LPD) untuk TNI AL. Tahun ini TNI AU menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano dari Brasil dan dua unit pesawat angkut ringan CN-295 asal Spanyol (bekerja sama dengan PT DI). TNI AL juga kembali menerima beberapa kapal cepat rudal (KCR).

Tak ketinggalan, TNI AD menerima tank tempur utama (MBT) Leopard, dan tank tempur medium Marder. Menurut Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, hingga semester pertama 2014 akan ada sekitar 45 kegiatan pengadaan alutsista bergerak meliputi TNI AD,AL,AU. “Khusus untuk AU, alutsista bergerak 30%. Ada 14 jenis alutsista yang akan menambah kekuatan TNIAU, yakni pesawat tempur (5 jenis), pesawat angkut (3 jenis), helikopter (2 jenis), pesawat latih (2 jenis), UAV dan lainnya (2 jenis). Ini di luar radar,” sebutnya.

Untuk TNI AD, selain tambahan Leopard dan Marder, akan datang multi launcher rocket system (MLRS) dan meriam 155 mm/caesar. TNI AL di antaranya akan menerima kapal fregat, KCR, dan kapal selam. Dengan kondisi ini, pencapaian dari target MEF 2024 sudah bisa dirasakan cukup signifikan. “Pada akhir kabinet ini, saya yakin tidak hanya 30% untuk mencapai kemampuan pokok minimum, tapi saya yakin bisa mencapai 40%,” Purnomo meyakinkan.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menuturkan, pemerintah tidak memprioritaskan matra tertentu saja untuk diperkuat dengan menomor duakan matra lain. “Masing-masing sudah punya prioritas, Angkatan Darat punya, Angkatan Laut punya, Angkatan Udara punya. Itu yang kita laksanakan,” katanya. Dia juga yakin pemenuhan MEF bisa lebih cepat dari yang direncanakan.

Artinya, program itu sudah bisa dicapai sebelum 2024. Pengamat militer dari Universitas Indonesia, Andi Widjajanto, menilai pengadaan alutsista yang berlangsung sekarang ini secara umum sudah sesuai rencana strategis (renstra). Andi menilai sekarang ini pemerintah sedang berusaha agar masing-masing angkatan memiliki senjata utama. “Platformnya apa yang perlu ditingkatkan sudah tepat,” katanya.

Sementara itu, gelontoran anggaran sektor pertahanan yang sangat besar dan terus meningkat tiap tahun diharapkan juga berdampak positif bagi kesejahteraan prajurit TNI. Pada akhirnya tidak saja alutsista TNI yang kuat, kesejahteraan prajurit juga meningkat.

Pemerintah meyakinkan bahwa kesejahteraan prajurit akan terus ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan. “Sekarang sudah ada tujuh macam tunjangan bagi prajurit, di luar gaji pokok,” kata Purnomo.[fefy dwi haryanto]



© Seputar Indonesia

Selasa, 13 November 2012

Menanti Kapal Induk Soekarno



Senayan - Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PKS Safan Badri mengusulkan pada Panglima TNI, agar dalam pemberian nama kapal perang TNI AL dari produksi dalam negeri ke depannya dapat menggunakan nama mantan Presiden RI HM Soeharto dan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur).

"Saya hanya sekadar menyampaikan aspirasi dari beberapa kelompok masyarakat, yang terinspirasi  atas peresmian Kapal Selam di Surabaya dan dua  Kapal Cepat Rudal (KCR) Clurit dan KRI Kujang 642 buatan dalam negeri, di Batam, masyarakat menanyakan apakah mungkin dalam KRI berikutnya,dapat diberi nama KRI HM Soeharto dan KRI  Gus Dur," ujar Safan Badri dalam raker dengan Panglima TNI di Komisi I, Rabu (29/2).

Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq juga mengusulkan nama KH Agus Salim pada KRI berikutnya.

Merespon atas dua usulan tersebut, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, penggunaan nama HM Soeharto dan Gus Dur, TNI AL selalu melihat kebesaran nama dengan kondisi Kapal yang di beri nama.

"Artinya, kebesaran Gus Dur dan kebesaran Pak Harto harus sesuai dengan nama kapal yang diberi nama tersebut. Oleh karena itu, kami masih menunggu kapal yang sesui untuk diberi nama Gus Dur maupun Pak Harto," ujar Panglima TNI.

Bahkan, kata Panglima TNI, pihaknya masih menyimpan satu nama, yaitu KRI Sudirman. "Kami masih menunggu akan kehadiran KRI yang besar untuk diberi nama itu, agar kebesaran kapal itu sesuai dengan kebesaran nama Panglima Jendral Sudirman," ujarnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR lainnya dari PDI-P Sudarto Danu Subroto kembali interupsi pada pimpinan rapat, untuk menayakan kapan pemberian KRI dengan menggunakan nama Soekarno. "Sudah ada bayangan, kapan ada KRI dengan Nama Soekarno?" ujarnya.

Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menimpali, nama KRI Soekarno akan diberikan setelah TNI AL punya kapal Induk. " Ya nanti, kita tunggu sampai kita punya kapal Induk sendiri," tegasnya.

Sumber: DUNIA MILITER

Ngeteng ke Lombok!


Siapa yang masih tak kenal Lombok? Sejak beberapa tahun belakangan, Lombok semakin rajin wara-wiri di televisi dan berbagai macam media informasi lainnya. Lombok pun dikenal sebagai–sebagaimana yang ditulis oleh media dan pengurus Bandara Selaparang, Lombok–The Sister of Bali, adik dari Pulau Bali. Tidak salah memang. Keindahannya tidak kalah dari Pulau Bali yang namanya telah melanglang buana ke seluruh dunia. Dari sisi budaya pun, Lombok pun hampir mirip Bali. Hal ini dikarenakan Lombok pernah menjadi daerah kekuasaan kerajaan Bali. Kaum Hindu Bali pun menempati urutan kedua terbanyak setelah Suku Sasak yang beragama Islam. Bila Anda telah mengunjungi Bali, tidak ada salahnya sekali-kali ber-backpacking ria ke Pulau Lombok. Dijamin tidak akan rugi!

Saya berangkat melalui stasiun Jakarta Kota menuju Yogyakarta dahulu dengan kereta api Gaya Baru Malam Selatan dengan duit 33,5 ribu, agar biaya transportasi ke Lombok tidaklah terlalu mahal dan cukup menghemat waktu. Dari Jakarta Kota berangkat pukul 12.00 siang dan sampai di lempuyangan sekitar jam 22.00 malam. Kemudian saya menginap sejenak di rumah seorang teman di Yogya. Dari Stasiun Lempuyangan, datanglah jam 07.00 pagi untuk mendapatkan kereta ekonomi Sri Tanjung yang menuju ke Banyuwangi hanya dengan duit 35 ribu. Perjalanannya memang cukup lama, sekitar 15-16 jam. Jangan lupa menyiapkan air mineral ukuran besar dan, setidaknya, makanan sendiri, karena perjalanan yang panjang dan tentunya harga makanan dan minuman selama perjalanan lebih mahal dari pada di luar. Oh ya, carilah teman mengobrol selama perjalanan bila Anda sendirian. Duduk mlongo sendirian di kereta selama 15-16 jam tentunya tidak menyenangkan, bukan?

Sudah tidak sabar menunggu mbak Sri Tanjung


Suasana di atas kapal ferry

Sekitar jam 11.30 malam, Anda akan tiba di statiun terakhir di Ketapang, Banyuwangi. Bila ingin berleha-leha dulu, silahkan. Dan lebih baik Anda makan terlebih dahulu, karena Anda akan tiba di Bali pada pagi hari. Namun jangan sampai tergoda ojek untuk mengantarkan Anda ke pelabuhan. Jarak stasiun dan Pelabuhan Ketapang hanya sekitar 100 meter. Cukup dengan berjalan kaki sebentar Anda akan tiba di depan peron pembelian tiket. Tiket ferry penyeberangan Ketapang-Gilimanuk hanya 5 ribu dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam. Jangan sampai tertidur bila tidak ingin rugi waktu. Takutnya Anda akan dibawa balik ke Ketapang kemudian ke Gilimanuk lagi, seperti yang dialami teman saya.

Nah, masuk Pulau Bali, siapkan KTP, SIM, KTM, atau uang 5 ribu. Semenjak kejadian bom Bali, setiap orang yang masuk ke Pulau Bali diperiksa identitasnya. Bila tidak mempunyai tanda pengenal, siapkan saja uang 5 ribu, agar Anda lolos dari pemeriksaan. Selain itu jangan membawa binatang atau pun barang berbahaya. Teman saya pernah sampai disuruh balik karena ketahuan membawa ayam hutan ketika memasuki Pulau Bali. Untungnya teman saya bersikap sopan dan kooperatif serta mengaku tidak tahu dengan peraturan tersebut sehingga diloloskan oleh petugas.

Selepas dari pos pemeriksaan, Anda akan mendapati terminal bus. Stand by 24 jam, sehingga Anda tidak perlu ketakutan terlantar di pelabuhan pagi buta. Bus-bus colt ini siap mengantarkan Anda ke pelabuhan di ujung timur Pulau Bali, Pelabuhan Padang Bai. Cukup membayar 37 ribu, Anda boleh tidur untuk melepas lelah selama di kereta. Waktu tempuh Gilimanuk-Padang Bai cukup lama, sekitar 5-6 jam. Lumayan, bukan?

Setiba di Pelabuhan Padang Bai sekitar jam 08.00 pagi, berhati-hatilah terhadap para pengangkut barang dan para penjual buah-buahan. Para pengangkut barang ini akan asal angkut tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pemilik. Para penjual buah-buahan pun, menurut ibu saya, lumayan ganas. Bila Anda mencoba contoh buah yang dibagikannya, itu berarti Anda telah setuju untuk membeli. Saya sendiri belum pernah mencoba, karena sudah parno duluan.
Bagi Anda yang muslim, di Pelabuhan Padang Bai terdapat sebuah mushollah dan warung makan muslim yang berdiri bersebelahan. Lebih baik Anda sholat dan makan terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok yang memakan waktu 4-5 jam, tergantung keadaan laut.

Untuk tiket ferry ke Pelabuhan Lembar, Lombok, Anda perlu mengeluarkan uang 35 ribu dan Anda sekalian bisa bergabung dengan para backpacker asing yang biasanya melanjutkan perjalan ke Lombok setelah puas berlibur di Bali. Karena perjalanan yang lumayan lama, ABK biasanya menyewakan kamar mereka untuk ditempati para penumpang. Namun harga sewa lumayan mahal, 40-60 ribu per kamar yang berkapasitas hingga 5 orang. Bila Anda beruntung, Anda akan mendapatkan kapal ferry yang telah menyediakan kasur di pinggir dek dan tentunya lebih murah. Namun bila Anda tidak ingin mengeluarkan duit sepeser pun di sini, cukup tiduran dimana saja, karena ‘teman’ Anda lebih banyak.

Santap pagi dulu di pelabuhan Padang Bai. Hehehe


Sekitar jam 02.00 siang, bila Anda berangkat jam 09.00 pagi dari Padang Bai, Anda akan tiba di Pulau Lombok, The Sister of Bali, Pulau Seribu Masjid. Pelabuhan Lembar, pintu masuk Pulau lombok di sebelah barat, secara administratif terletak di Kabupaten Lombok Barat. Untuk mencapai pusat kota Lombok, Kota Mataram, Anda bisa menaiki minibus untuk segera berangkat ke Mataram. Biayanya 15 ribu dan Anda akan tiba di Terminal Mandalika, Mataram. Dari sini, Anda boleh pilih kendaraan yang akan mengantarkan ke penginapan, bemo atau taksi. Untuk bemo, 3 ribu sekali jalan dan taksi sekitar 25 ribu ke atas. Mau irit atau cepat, tergantung Anda. Namun sebaiknya, untuk kali pertama, saya sarankan untuk menggunakan taksi, karena jalur bemo yang berangkat dari terminal tak mencakup semua jalan di Mataram. Selain itu, dengan taksi, resiko kesasar lebih sedikit.

Mbli Nyoman, sopir taksi tukang curhat

*****

Dan pulang disambut pelangi di pulau Jawa!


Rincian biaya Jogja-Lombok:
  1. Kereta ekonomi Jakarta-Jogja: Rp. 33.500,-

  2. Kereta ekonomi Jogja-Banyuwangi: Rp. 35.000,-

  3. Ferry Ketapang-Gilimanuk: Rp. 5.000,-

  4. Bus Gilimanuk-Padang Bai: Rp. 36.000,-

  5. Ferry Padang Bai-Lembar: Rp. 35.000,-

  6. Minibus Lembar-Mandalika: Rp. 15.000,-
  7. Bemo: Rp. 3.000,-
Total: Rp. 162.500,-
Catatan: Untuk transport, bila ada kenaikan, dipastikan tidak terlalu jauh dari angka yang saya terangkan di atas. Pada bulan September 2011, total biaya transportasi yang saya keluarkan hanya Rp. 143.500,-. Semoga Anda tertarik ke Pulau Lombok!
*****

Penenun Desa Sade 





Pantai Tanjung Ann. Perhatiin, pasirnya antara kiri dan kanan beda lho!

Cidomo, kendaraan khas Lombok kalau kita pergi ke P. Bangsal (3 Gili).


Suasana di atas kapal waktu ke P. Bangsal




Pantai Kuta Lombok


Suasana di Kuta Lombok. Keren kan?


Langit Labuan Lalar, Lombok Timur


Labuan Lalar, Lombok Timur


Senggigi


Senggigi


Senja Kuta Lombok




Senin, 12 November 2012

Ke Bali Rp 600.000? Bisa!

Bulan Februari kemaren saya habis dari Bali. Ternyata, tidak perlu menghamburkan uang jutaan rupiah. Menikmati Bali bisa dilakukan dengan biaya Rp 600.000 saja. Meski tidak mencoba fasilitas yang mewah dan badan bisa pegel dalam perjalanan, tentu hasrat untuk menikmati Bali gak akan berkurang.
Dari Jakarta, bisa naik kereta dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun Surabaya Gubeng. Dengan Kereta Gaya Baru malam, akan berangkat pukul 12.15 WIB dan tiba pukul 02.40 WIB dinihari dengan harga Rp 33.500. Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuju Terminal Purabaya (bungurasih), Surabaya. Cukup Rp 2.000 saja untuk naik angkot, sambil menikmati Kota Surabaya.
Dari Terminal Purabaya, ada banyak bis-bis antar provinsi menuju ke Terminal Ubung di Denpasar, Bali. Bis tersebut berangkat tiap pukul 18.00 WIB dan tiba di Terminal Ubung pada pukul 05.30 WITA dengan harga Rp 130.000. Harga tersebut sudah termasuk snack, makan, dan tarif penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang (Banyuwangi) ke Gilimanuk (Bali).

Dari Ubung, ada banyak angkutan umum untuk menuju Kuta, tetapi angkutan tersebut sangat jarang dan Anda harus menunggu dalam waktu yang lama. Anda bisa naik taksi dengan kocek Rp 50.000 untuk menuju penginapan di Poppies, Kuta.

Di kawasan Pantai Kuta, salah satu penginapan yang murah yang sering saya kunjungi adalah Hartawan di Jl Poppies Lane II. Harga untuk menginap cukup Rp 45.000 saja per malam dan sudah termasuk sarapan. Dari penginapan, cukup berjalan kaki 5 menit, Anda akan tiba di salah satu pantai yang terkenal di dunia ini.

Untuk masalah makan, jangan makan di restoran atau kafe. Ada baiknya Anda makan di lapak penjual nasi di Pantai Kuta, atau di pinggir jalan yang dijajakan oleh gerobak-gerobak, menunya yaitu nasi, telur dadar, hingga ayam goreng. Harganya pun tidak lebih dari Rp 10.000. Selain itu, ada pula rumah makan yang bertuliskan Khas Banyuwangi di sekitar jalan dari Kuta menuju Denpasar. Makanan di tempat ini juga cukup murah, berkisar Rp 15.000 saja.

Kuta, pantai yang terkenal dan masuknya tidak bayar

Padang-padang, salah satu sisi Bali yang menawan

Cukup makan ala kadarnya sudah kenyang kok!


Pura Besakih di Bali



Esoknya, kita bisa menyewa sepeda motor untuk menjelajahi Pulau Dewata. Ada banyak penyewaan motor ke Kuta, seperti di Jalan Kartika dan Jalan Legian. Harganya cukup Rp 50.000 saja, kita bisa menikmati Pulau Dewata sepuasnya. Anda bisa mengunjungi Uluwatu, Sanur, hingga Legian.

Puas menikmati Bali bagian selatan, saatnya menuju bagian utara Bali. Dengan menyewa motor lagi, kita dapat mengunjungi Kintamani dan Ubud. Memang, perjalanan pulang-perginya dapat menghabiskan waktu hingga 5 jam. Tapi, ada destinasi yang cantik seperti Danau Batur atau Ubud yang dapat Anda nikmati di sana.

Puas mengelilingi Bali, kini saatnya pulang. Jadwal perjalanan bis atau pun kereta sama seperti jadwal keberangkatannya. Tidak ada yang berubah. Total untuk biaya pulang-pergi dari Jakarta ke Pulau Dewata yaitu sekitar Rp 420.000.

Waktu yang dihabiskan untuk pulang-pergi adalah 4 hari dan bisa menikmati 3 hari 2 malam di Pulau Dewata. Untuk biaya makan, kita dapat makan 2 kali dalam sehari untuk 3 hari, yaitu Rp 60.000. Total untuk penyewaan motor adalah Rp 100.000.

Total biaya yang saya keluarkan adalah Rp 580.000, tidak lebih dan tidak kurang. Bisa menekan pengeluaran saat naik taksi dari kuta menuju ke Terminal Ubung. Ya, bisa menumpang sesama backpacker dan tidak mengeluarkan biaya sebesar saat berangkat.

Memang, perjalanan akan terasa berat, akan tetapi kita akan mendapat pengalaman yang tidak akan terlupakan. Di Bali juga banyak para backpacker, jadi Anda bisa menambah teman dan tidak perlu khawatir selama di Bali.

Senin, 05 November 2012

Keirianku

Ini awal aku kembali merasakan sensai untuk nge blog lagi setelah postingan pertama oktober tahun lalu, hehe..

Pagi ini, entah kenapa aku kembali teringat bahwa ada beberapa kawan yang telah cukup sukses sebagai mahasiswa. Kawan SD ku, Ahmad Muthohar, telah melanjutkan sekolah di Iran. Kawan SMA ku, Muhammad Ardiyansyah, yg sekarang seorang udah di fakultas MIPA  UGM, dulu waktu SMA sudah pernah merasakan tinggal di Amerika selama setaun, lewat pertukaran pelajar AFS. Ardi disana bersekolah di SMA di Seatlle, Washington State. Dan yang paling luar biasa adalah sahabatku SMA yang cukup dekat, seorang yg agak gila, seorang yg aku ingat dia gak pernah suka dgn yg namanya mie instan dan sensitif dengan micin, Muhammad Averous, yg sekarang udah di Teknik Kimia ITS, bahkan sudah pernah merasakan bagaimana rasanya Juara 3 Dunia lomba membuat mobil kimia di Berlin. Dan saya dengar anaknya akan berangkat ke Korea Selatan..

Jujur saja, aku iri dengan prestasi mereka. Aku iri, dan aku sadar bahwa aku belum melakukan hal yang membanggakan. Aku iri, karena aku tahu bahwa aku seharusnya bisa seperti mereka, karena mereka juga kawan-kawanku yang aku tahu kemampuan mereka juga luar biasa, dan aku harusnya percaya bahwa aku juga bisa luar biasa seperti mereka.

Biarlah aku tetap iri dan ini menjadi pukulan menyakitkan untuk menjagaku tetap bangun. Aku takut ketika aku sudah tak bisa iri, maka aku berhenti berlari.

Selasa, 25 Oktober 2011

ISL : Sebuah Pelampiasan dari Barisan Sakit Hati

Mana Bisa Kompetisi yang Kotor Dianggap Sebagai Kompetisi Profesional?

Kabar Bonek, 20 Oktober 2011

Surabaya - Kabar Bonek : Beberapa waktu lalu, saat IPL jadi digelar, bisa dibayangkan bagaimana sakitnya kubu barisan sakit hati, yang terdiri dari geng-geng pembela Bakrie, orang yang hingga sekarang hanya disibukkan untuk jadi calon presiden di Pemilu 2014 dengan menggunakan sepakbola sebagai tunggangan politiknya. Bagaimana tidak? IPL jadi digelar walaupun pihak sana-sini telah meng-klaim bahwa IPL adalah liga yang tak jelas, liga yang tak bervisi, dan entah apalagi yang mereka ributkan tentang pelaksanaan IPL.

Namun nyatanya, IPL tetap jalan. Bahkan dengan konsep elegan dalam opening ceremony-nya. Pertandingan pembuka IPL berlangsung dengan sukses, yang mana Persib Bandung akhirnya harus puas berbagi angka 1-1 melawan Semen Padang, pada Sabtu (15/10) lalu.

Hal yang terjadi selanjutnya, jelas sudah dapat ditebak dari jauh-jauh hari. Orang-orang yang sesungguhnya dari awal memang sudah dirancang untuk menjadi oposisi dari dalam kepemimpinan Prof Djohar Arifin, melah berencana menggelar liga tandingan yang tetap akan berafiliasi ke dalam PT Liga Indonesia (selaku pelaksana kompetisi pada jaman Nurdin Halid). Suatu hal yang menurut KB adalah tindakan yang keliru, jika tidak mau dibilang dungu.

Kenapa demikian? Jelas yang jadi masalah adalah soal legitimasi. ISL, yang didukung oleh 2 exco, yaitu La Nyalla Mataliti dan Toni Apriliani sebagai liga tandingan untuk menjatuhkan kepemimpinan Prof Djohar yang baru seumur jagung, belum sampai 4 bulan, nyatanya adalah kompetisi yang digelar dengan situasi yang serba aneh. Apalagi jika kita melihat dari dalang yang bermain. Jelas semua sudah tahu bahwa sebuah partai yang berlogo pohon beringin menjadi dalang ISL kali ini. Aneh, karena sepakbola - atau kompetisi ini justru disiapkan untuk politik, sehingga mungkin saja ada intrik-intrik tertentu dari para pemimpin klub-klub tersebut (juga Exco PSSI-nya) agar mendapat jatah jika Bakrie memenangkan Pemilu 2014 nanti (amit-amit....)

Masih belum paham? Sederhana saja kok. Kalau menurut analisa yang dilakukan tim redaktur Kabar Bonek, liga atau kompetisi yang baik, yang harusnya diikuti oleh semua orang, itu harus memenuhi tiga aspek berikut, yaitu BERSIH, JUJUR, ADIL, dan RESMI. Dan tak ada satupun aspek itu yang melekat pada ISL musim lalu, maupun yang akan digulirkan sekarang sebagai liga tandingan.

Pertama, liga tandingan (atau dalam hal ini, ISL) jelas-jelas TIDAK BERSIH. Mau bukti? Coba saja tanya kepada PT Liga Indonesia, yang mengklaim dirinya masih sebagai penyelenggara kompetisi yang sah di Indonesia. Apa berani keuangannya diaudit? Apa mereka berani terang-terangan soal neraka keuangan yang mereka punya? Dan yang satu lagi, apa mereka bisa menjamin bahwa klub-klub yang bersaing dalam liga tandingan itu bersih?

Contoh gampangnya, pada musim lalu pun, raja penalti Persebaya Divisi Utama versi WW tak pernah tersentuh hukum di PSSI era Nurdin. Kasus Persisam juga tidak tersentuh. Bahkan yang jadi pertanyaan terbesar adalah kasus 'penyelamatan' Pelita Jaya dengan mengorbankan Persebaya dan Persik di ISL 2009 pun hingga kini jauh panggang dari api. Ini yang mereka sebut profesional? Profesional macam apaan? Klub-klub yang melakoni kompetisi bobrok tersebut analoginya seperti perampok yang dari luar terlihat sok suci.

Kedua, apakah liga tersebut jujur? Kalau menurut data yang ada di KB, ISL yang digadang-gadang sebagai liga tandingan hanya sebuah pembodohan massal. Pembodohan publik, khususnya suporter dan klub-klub yang ditipu dengan mengatakan bahwa ISL adalah liga yang benar. Menggunakan media-media Bakrie seperti dua stasiun televisi yang ada di channel tivi Anda untuk membuat situasi bahwa IPL adalah selalu salah, dan ISL adalah selalu benar. Membuat opini publik bahwa ISL seakan-akan adalah liga profesional dan liga yang benar. Namun, jika dirunut untuk kembali ke FIFA, tetap saja itu hanyalah pembodohan belaka. Tak ada kompetisi profesional yang dikelola dengan politik seperti ISL.

Yang ketiga, liga tersebut jelas-jelas TIDAK ADIL. Coba perhatikan. Dengan data awal 12 klub (data sejak tulisan ini ditulis, Minggu (16/10), red.), akan terlihat bahwa semuanya adalah klub-klub yang berafiliasi ke seseorang bernama Aburizal Bakrie. Ironis, memang. Di saat era sepakbola profesional, ketidakadilan justru ada di sepakbola kita. Mengapa tidak adil? Jelas saja. Toh semuanya juga akan kembali ke Bakrie.

Keempat, liga tersebut sudah jelas TIDAK RESMI. FIFA hanya mengakui liga resmi yang legitimasinya berada di PSSI, bukan PT Liga Indonesia yang tak jelas jluntrungannya. Dan sekuat apapun mereka berpendapat bahwa ISL itulah yang asli, silakan saja. Toh juga waktu bisa membuktikan mana yang benar dan mana yang salah. Lha wong ADT yang berkuasa selama berpuluh-puluh tahun di sepakbola nasional akhirnya terlihat juga belangnya.

Sudah saatnya kita berpikir lebih jernih, mana yang lebih baik. Jangan sampai kita tertipu hanya gara-gara segelintir orang yang ingin memanfaatkan loyalitas kita, terutama untuk para suporter, untuk melebarkan jalan mereka menuju RI-1 2014 nanti. Walaupun sekuat apapun mereka berbicara, bagaimanapun AFC sudah merestui IPL. Kita tinggal tunggu saja masalah apa lagi yang bakal mereka ungkit-ungkit hanya demi membuat sepakbola menjadi tunggangan bos-nya untuk dapat menang di Pilpres mendatang. (vec/alf/wir)


Sumber: Kabar Bonek